PRAMUKA.ID – Satu lagi benda filateli dengan tema kepramukaan diterbitkan di Indonesia. Sekadar informasi, filateli adalah istilah untuk menyebutkan hobi mengoleksi dan merawat benda pos, seperti prangko, kartupos, sampul (amplop) surat berprangko, dan sebagainya. Selain dijadikan koleksi, benda filateli juga bernilai cukup tinggi, apalagi kalau bendanya terbilang langka karena dicetak hanya sedikit, dan banyak peminatnya. Salah satunya, adalah benda filateli berupa prangko dan Sampul Hari Pertama (SHP) yang diterbitkan untuk menyambut dan memperingati Jambore Nasional (Jamnas) XI Tahun 2022.
Menandai perkemahan besar Pramuka Penggalang tingkat nasional yang diadakan setiap lima tahun sekali itu, Pemerintah RI melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, menerbitkan prangko seri “Jambore Nasional XI”. Penerbitannya dilakukan bertepatan dengan tanggal pembukaan Jamnas XI yang sekaligus Hari Pramuka ke-61, pada 14 Agustus 2022.
Seri prangko tersebut terdiri dari dua desain prangko yang masing-masing berharga satuan (nominal) Rp 3.500. Desain pertama bergambar Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dengan latar belakang kegiatan api unggun di perkemahan. Sedangkan desain kedua bergambar Nusa, burung elang yang menjadi maskot Jamnas XI. Setiap prangko berukuran 40 x 30 milimeter, dengan komposisi dalam satu lembaran besar (full sheet) terdiri dari 16 keping atau 8 set prangko.
Warna prangko dibuat dalam 4 separasi ditambah 1 invisible ink di atas kertas khusus untuk prangko, dengan perekat jenis PVA. Prangko tersebut didesain oleh Pos Kreatif, sedangkan perancang maskot Jamnas XI adalah Dicky Maradona. Sedangkan proses cetak berupa cetak offset yang dilakukan di Perum Peruri.
Selain prangko, diterbitkan pula SHP oleh PT Pos Indonesia, dan dijual seharga Rp 17.000 perlembar. Desain SHP dikerjakan oleh Pos Kreatif. Di belakang setiap SHP diberi nomor urut dari 0001/1500 sampai 1500/1500.
Baik prangko maupun SHP yang diterbitkan terbilang langka, karena dicetak dalam jumlah sangat terbatas. Prangko dicetak hanya sejumlah 80.000 set, sangat kecil dibandingkan jumlah rata-rata cetakan prangko Indonesia yang berkisar 300.000 set prangko setiap terbitnya. Demikian pula SHP dicetak sangat terbatas, hanya 1.500 lembar. Jumlah itu sangat sedikit dibandingkan jumlah cetak SHP yang rata-rata sejumlah 3.000 sampai 10.000 lembar SHP tiap kali terbit.
Bila dibandingkan pula dengan jumlah peserta dan panitia Jamnas XI yang mencapai 11.000 orang, maka jumlah SHP yang diterbitkan hanya sekitar 14 persen dari jumlah yang ikut Jamnas XI. Belum lagi ditambah dengan jumlah filatelis (sebutan untuk kolektor benda filateli) di dalam dan luar negeri. Tak heran bila ada yang menyebut bahwa prangko dan SHP Jamnas XI adalah langka dan diperkirakan akan bernilai tinggi, karena banyak yang menyukai dan ingin mengoleksinya.
Bila kakak dan adik tertarik membeli dan memilikinya, dapat menghubungi PT Pos Indonesia di bagian Filateli di Bandung dan Jakarta, atau coba hubungi kantor pos besar di ibukota provinsi masing-masing. Mari mengoleksi benda filateli dengan tema kepramukaan yang langka dan bernilai tinggi.
Teks: Kak Be
Foto: Koleksi PT Pos Indonesia
*) Kak Berthol DH Sinaulan adalah Wakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika